
Sebagai petahana, jkw memiki kemampuan untuk menggerakkan seluruh kekuatannya demi memuluskan niatnya menang dalam pilpres 2019.

Tidak tanggung-tanggung. Dimulai dari staf Istana, aparat penegak hukum, hingga perangkat desa, semua diperalat untuk mempermudah hasratnya berkuasa kembali.

Belum lagi berbagai bantuan yang diberikan dengan memakai nama pribadi, walaupun belum tentu bantuan itu benar-benar berasal dari kantong pribadi jkw sendiri.

Dan ditambah pemakaian fasilitas negara buat kepentingan kampanye, baik itu tersamar ataupun secara terang-terangan.

Meskipun prabowo-sandi belum menunjukkan dominasi untuk unggul dalam elektabilitas, tapi tanda-tanda kekalahan jkw sudah dimulai, dan pergerakannya justru berasal dari dalam Istana. Jusuf Kalla.

Yah jkw melupakan sosok penting yaitu wapres Jusuf Kalla.
Itu karena kebiasaan jkw yang selalu memerankan one man show dalam menjalankan roda pemerintahannya, serta terpaku pada bisikan-bisikan para pemujanya.

Sehingga jkw lupa bahwa sebenarnya dia punya wakil dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari.

Pak JK sering mengkritik infrastruktur kebanggaan jkw, dan ditambah lagi pembenaran JK atas argumen prabowo dalam debat capres belum lama ini.

Di samping itu, kubu koalisi pendukung jkw juga lambat laun mulai memperlihatkan berbagai perpecahan.

Ini menjadi sinyal kuat yang menandakan bahwa jkw sudah tidak bisa mempersatukan faksi-faksi yang berada dalam barisan pendukungnya sendiri.

Jkw mulai ditinggalkan sebagian pendukungnya.
Pada akhirnya nanti, barisan pendukung hanya menyisakan PDIP dan Nasdem yang tetap setia kepada jkw, karena dua partai ini adalah partai yang mendapatkan jatah fasilitas paling besar dan paling banyak dari jkw.

Dalam istilah politik kita sering mengenal tidak ada kawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi.

PKB secara terbuka meminta syarat 11 kursi menteri, sementara PPP diuntungkan karena Maaruf Amin pernah menjadi kadernya.

Hanura di bawah kepemimpinan OSO sudah seperti macan ompong, dan bahkan untuk menyelamatkan nama OSO sebagai peserta pemilu pun, Hanura tidak sanggup.
Golkar bagaimana?

Hanya barisan orang-orang bodoh saja yang akan menjadikan Golkar sebagai kawan politik sejati, karena Golkar adalah partai yang cuma menghambakan uang.

Partai buram seperti PSI dan Perindo hanya akan menjadi benalu yang mengharapkan suara sisa-sisa.

Bahkan PSI sudah mulai berani dan tanpa malu mencolek partai penguasa, hanya demi mendapatkan kursi.
Kemudian PBB. Kehancuran PBB sudah dimulai sejak Yusril berpindah haluan.

Hal yang berbeda justru malah diperlihatkan kubu prabowo-sandi.
Partai Gerindra, Demokrat, PAN, PKS, Berkarya, terlihat semakin kompak dan semakin memudahkan prabowo-sandi menuju tangga Istana.

Secara perhitungan di atas kertas memang benar jika jkw mempunyai kans besar untuk memenangkan pilpres 2019.

Namun lewat berbagai fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, menunjukkan kekuatan politik jkw yang ternyata hanya bersifat semu.

Jkw sudah ditinggalkan sebagian pendukungnya. Ditambah lagi sisa pendukungnya justru mulai ribut satu sama lain.

Maka hampir bisa dipastikan pilpres 2019 akan menjadi ajang pesta untuk melihat kejatuhan rezim jkw.