Banyak sekali cerita, dongeng, legenda, mitologi mengenai Milky Way.
Biar kuceritakan satu riwayat yang paling menjejak buatku.
Kisah mengenai dua bintang di dua konstelasi, Altair dan Vega. #AubreyTalepic.twitter.com/m1Nmypvbs6
Alkisah di bumi, adalah seorang pemuda dari keluarga sederhana.
Kedua orang tuanya telah meninggal, kakak satu-satunya dan kakak iparnya mengusir dia dari rumah.
Dia pergi meninggalkan desa hanya dengan seekor kerbau tua. pic.twitter.com/CnCVuHKFyZ
Sampailah dia di kaki gunung dan memutuskan bermukim di sana.
Dia mulai bekerja membuka tanah di hutan sekelilingnya. Bekerja keras setiap hari dengan kerbau tuanya, membajak tanah, menyirami, menanami. Dia pun membangun sebuah rumah mungil untuk tempat dirinya & sang kerbau.
Kehidupan berangsur menjadi lebih baik.
Panen pertama tiba, hasil kerja kerasnya terbayar. Dia mempunyai cukup pangan dan menjual sebagian hasilnya ke desa untuk hidup.
Di satu senja, dia beristirahat di pinggir ladang, ditemani sang kerbau tua yang setia.
Bersandar di pohon, memandang langit, dia berbicara, siapalah yang membuat awan sedemikian cantik di langit.
Warna dan bentuknya berbeda setiap hari. pic.twitter.com/GsTOj9kKLY
Hari terus berjalan, selain bekerja keras, yang menjadi hiburan saat dia lelah adalah memandang langit.
Mengagumi awan sambil berbicara pada kerbau sahabatnya.
Dia pun membuat sebuah seruling sederhana dari bambu untuk melagukan kekagumannya atas awan.
Suatu hari saat dia memainkan serulingnya, tiba-tiba seorang gadis muncul dan berkata tentang indahnya nada yang dia lantunkan.
Tercengang namun terkagum, sang penggembala tak bisa berkata-kata.
Tapi pandangan keduanya penuh makna.
Gadis itu ternyata adalah gadis penenun, putri bungsu dari maharani langit.
Dialah yang menenun awan-awan itu setiap hari. Tak pernah terbersit bahwa buah tangannya dipuja sedemikian rupa oleh sang penggembala.
Mereka saling terpana.
Setiap hari, sang gadis penenun datang dari langit untuk bersua dengan sang penggembala.
Mereka bercengkrama, mendengarkan lantunan seruling, menyelami pesona.
Mabuk akan kebersamaan. pic.twitter.com/e2BuR1y7xJ
Tanpa disadari, awan-awan semakin menipis.
Sang gadis tidak menenun lagi, sang penggembala tidak memandang langit lagi.
Gadis di hadapannya lebih dari indah baginya, lebih dari cukup untuknya selama hidupnya.
Sang putri dijemput paksa untuk kembali ke langit, ke tempatnya.
Sang penggembala tak mampu untuk mencegahnya.
Mereka dipisahkan. pic.twitter.com/mfrvguSXFr
Pedih dan putus asa harus berbuat apa, tiba-tiba sang kerbau berbicara, ”Aku akan mengantarmu ke langit, semoga takdir bisa mempersatukan kalian kembali.”
Sang penggembala tercengang kenapa sang kerbau setianya bisa berbicara.
Tergulirlah riwayat tentang sang penggembala dan sang gadis penenun.
Mereka berdua adalah bintang silam.
Bintang Altair dan bintang Vega.
Namun bintang tidaklah boleh mencinta. pic.twitter.com/Gi1BT7N4cr
Mereka dipisahkan, untuk dipertemukan kembali di kehidupan sekarang.
Mencicipi bahagia selintas hanya untuk dipintas kembali.
Jodoh sedemikian melengkapi sekaligus mengkhianati.
Akhirnya bersama sang kerbau, sang penggembala mengejar ke langit.
Jantungnya serasa mau meledak, dia terkoyak, dia bersumpah tak akan lagi mereka dipisahkan.
Dia menolak napasnya direnggut.
Maharani langit yang menyaksikan bertambah murka.
Dia membuat sungai perak di angkasa, membentang lantang di antara mereka.
Memisahkan cerita dua atma yang hampir bersama. pic.twitter.com/H0kzhZXa3q
Sang penggembala tertegun.
Tapi dia tak akan berhenti. Bagaimanapun dia harus menyebranginya.
Melawan langit tiadalah artinya agar jiwanya kembali utuh.
Namun sang kerbau berujar :
”Tidak bisa, ini adalah batas mortal dan immortal.
Manusia tidak akan pernah bisa melewati batas ini.
Aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini, takdirku sudah dicukupkan.”
Bersamaan dengan kata terakhir, sang kerbau pun lenyap.