
Seperti kepada partai-partai lainnya, mari kita hormati dan hargai demokrasi yang membudaya di Partai Demokrat.
Biarkanlah PD memiliki kekhasan demokrasinya sendiri. Di mana keluarga Cikeas, khususnya AHY & Ibas mendapat "fasilitas" yang membedakan keduanya dengan kader lainnya

Dan ketika AHY diberikan keistimewaan jalan untuk mencapai posisi tertinggi di negara ini pun, kita tidak boleh keberatan, apalagi sampai turun ke jalan.
Biarkan AHY digadang-gadang partai yang dipimpin oleh ayahnya sendiri untuk menjadi cawapres, atau bahkan capres sekalian.

Dan, seperti yang diberitakan di sini
internasional.kompas.com/read/2013/12/1…
Ibu kandung AHY, Ani Yudhoyono, diketahui telah menyimpan ambisi untuk menjadikan AHY sebagai Presiden RI.
Silakan jika itu sudah diambisikan oleh Ani. Dan silakan jika kader-kader PD memperjuangkan ambisi tersebut

Tetapi, mohon jangan paksakan demokrasi ala PD kepada bangsa ini.
Dan, jangan pula memaksa rakyat Indonesia untuk memenuhi ambisi Ani.
Cukuplah, SBY dan Ani seperti yang diberitakan ini
internasional.kompas.com/read/2011/03/1…

Benar tingkat elektabilitas AHY berada di posisi 3 atau 4.
Tapi, perhatikan, tingkat elektabilitas AHY lebih kecil dari tingkat elektabilitas PD.
Artinya, responden yang memilih PD sebagai partai banyak yang tidak memilih AHY sebagai presidennya.

Bandingkan dengan elektabilitas Jokowi terhadap PDIP dan elektabilitas Prabowo terhadap Gerindra.

Padahal untuk mendapat elektabilitas yang hanya 3-4% itu, PD dan SBY sudah jor-joran.
Pasang billboard di lokasi-lokasi strategies sampai poster-poster di gang-gang sempat.

Sampai-sampai banyaknya atribut sosialisasi AHY jauh mengalahkan pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dalam Pilgub Jabar 2018.
Tapi kenapa hanya popularitas AHY yang meroket. Sedang kan elektabilitas tetap mangkrak?

Banyak pertanyaan yang mengganjal tentang AHY.
Salah satunya, pantaskah AHY mengklaim diri sebagai The Next Leader, pemimpin kaum milenial, pemimpin muda, DLL.

Bagaimana mungkin seorang AHY yang dimanja dengan segudang fasilitas dan segala kemudahan bisa mewakili generasi muda yang hidup penuh liku perjuangan.

Bayangkan, ketika jutaan kaum milenial harus berpanas-panas terkena macet dengan motor kreditan, AHY meluncur di jalan top dengan bus pribadi yang super mewah.

Dan, bagaimana mungkin AHY yang hanya keluaran tentara berpangkat mayor bisa diharapkan sanggup pemimpin bangsa yang penuh persoalan ini.
Apakah AHY lebih hebat dari letkol, kolonel, brigjen, mayjen, letjen, bahkan jenderal.

Menariknya, kalau memang AHY sudah mampu pemimpin, kenapa dalam urusan capres masih "digendong-gendong" SBY dan kader PD.
Apakah AHY belum bisa jalan sendiri?
Pertanyaannya, adalah pemimpin yang belum disapih dari induknya?

Tapi, bagaimana pun AHY, kita harus menghargainya. Sebab is sudah berkorban demi ambisi ibu kandungnya

AHY telah berkorban demi ambisi kekuasaan Ani Yudhoyono.
Tapi, apakah rakyat Indonesia juga harus berkorban demo syahwat kekuasaan Ani Yudhoyono?
Bersediakah rakyat Indonesia memilih AHY sebagai cawapres yang sebenarnya hanya memenuhi ambisi Ani Yudhoyono?