Ia sepertinya akan menelan pil pahit setelah usahanya berbulan-bulan keliling daerah, blusukan pakai vespa, sowan ke kyai-kyai, pasang baliho di sudut-sudut kota bahkan melebihi baliho Asian Games 2018, karena Jokowi akan memilih tokoh lain.
Bukan tidak mungkin hal itu akan terjadi, mengingat track record daripada sosok pria yang akrab disapa Cak Imin itu tidak mampu menjawab kebutuhan Jokowi.
Siapa yang tak kenal Cak Imin? Namanya melejit di belantika perpolitikan nasional setelah berseteru dengan mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dan semakin melejit pada Pemilu 2014 lalu setelah berhasil menunggangi popularitas si Raja Dangdut Rhoma Irama.
Namun, di balik kehebatan seorang cicit pendiri ormas terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU) itu, tentu menyisakan banyak kekurangan demi kekurangan, yang, sekali lagi, tidak mampu mengimbangi kebutuhan Jokowi.
Tak bisa ditawar lagi, bahwa saat bertarung di Pilpres 2019 nanti, Jokowi sangat membutuhkan sosok pendamping yang memiliki latar belakang ekonomi. Sebab kondisi ekonomi saat ini sedang mengalami degradasi, utamanya nilai tukar rupiah yang semakin ironi.
Tentu saja, melemahnya nilai tukar rupiah yang terjadi dalam dekade terakhir ini merupakan ancaman bagi perekonomian Indonesia. Jika tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin musibah inflasi cepat atau lambat akan menghampiri.
Jokowi butuh sosok pendamping yang paham betul dan punya solusi untuk membenahi perekonomian bangsa yang semakin hari semakin semakin mendekati zona tidak awas. Hutang semakin menumpuk, daya beli masyarakat berkurang, serta kurs rupiah semakin melorot.
Jadi, kembali ke Cak Imin tadi. Ketum PKB yang pernah PHP Mahfud MD dan Rhoma Irama di Pemilu 2014 ini, jelas tidak memiliki basic ekonomi sama sekali.
Saat mahasiswa, ia merupakan aktivis mahasiswa PMII. Latar belakang pendidikannya pun politik. Jadi sangat tidak mungkin Jokowi akan memilihnya untuk berduet di Pilpres 2019 mendatang. pic.twitter.com/MBIqSEv1jQ
Cak Imin hanyalah sosok politisi yang namanya dikenal masyarakat lantaran merupakan cicit dari salah satu pendiri NU, KH Bisri Syansuri (Allahummaghfirlahu). Tidak lebih.
Selain kyai-kyai dan warga NU banyak yang aktif di PPP, Cak Imin sepertinya juga tidak akan diterima oleh kalangan NU versi 'Gus Durian'. Mengapa? Tentu kalian sudah tahu jawabannya.
Oleh sebab itu, bila kenyataannya tidak sesuai harapan, Cak Imin dan para pendukungnya harus bersikap legowo, dan siap menelan “pil pahit”. Atau, bahkan harus siap-siap meneggak "racun pahit" kalajengkin Jokowi.
Sekian__ pic.twitter.com/UfH5ou3IiG