
Gue pernah alami hal yg sama 😥~> Orangtua Terkendala Biaya, Bayi Debora Meninggal di RS - Kompas.com - megapolitan.kompas.com/read/2017/09/0…

Kasus bayi deborah meninggal di RS sebenarnya bukan kasus baru, ini memang kebiasaan RS di Indonesia dan kemenkes tutup mata dgn kondisi ini

Kejadiaan gue di RS yang sama dengan almarhumah bayi deborah beberapa tahun yang silam menimpa bokap gue saat terjatuh tak sadarkan diri

Bokap jatuh mengenai kepala dan mengalami pendarahan hebat tak sadarkan diri .. kebetulan di rumah bokap tidak ada siapa2

Lalu tetangga membawa beliau ke rumah sakit yang sama, sesampainya di UGD petugas administrasi tidak mengijinkan lakukan tindakan apapun

Petugas UGD katakan harus ke bagian adminstrasi terlebih dahulu.. lalu tetangga yg baik hati ini pun mengantri sambil telp gue soal ini

Posisi gue saat itu kebetulan jauh dengan kondisi jalanan yang sangat macet di hari kerja (sore hari) gue katakan tolong dibantu apapun juga

Setelah antri sejam sang tetangga katakan petugas minta DP utk masuk ke ICU sebesar Rp. 32 juta, kebetulan tetangga gue gak ada duit segitu

Lalu lewat saluran telp gue bicara ke bagian admin nya gue katakan kalo gue pasti akan bayar berapapun tapi tolong diambil tindakan cepat

Petugas bilang wah kalo SOP nya gak bisa begitu pak tetap harus ada jaminan nyata gak bisa lewat telpon, kami bisa dihukum management

Antara merengek dan kesal gue terus membujuk namun gagal..estimasi saat itu perjalanan ke RS 1.5 jam akhirnya gue nyerah membujuknya

Setiba di RS saat gue tunjukkan kartu kredit baru petugas melakukan tindakan "seadanya" ngeheknya proses antri pendaftaran butuh 45 menit

Setelah bokap jatuh sampai ke penanganan UGD berarti sdh 3-4 jam waktu yang terbuang.. bayangkan status emergencynya sdh hilang

Saat pendaftaran, petugas hitungnya bukan lagi DP, mereka sudah menghitung estimasi biaya sementara lewat asumsi2 yg mereka buat sendiri

Gue sdh gak fokus soal hitung2an nya mereka estimasi kalo di UGD bisa 3 jari maka biaya nya sekitar 32 juta + obat2an dan dokter

Petugas langsung menggesek kartu kredit 32 juta seolah2 uang itu habis terpakai perhari ini... bagi gue gak masalah yang penting tangani

Setelah urusan admintrasi selesai maka gue segera melihat kondisi bokap dengan banyak alat bantu masuk ke tubuhnya kondisi sdh kritis

Beberapa jam kemudian dokter katakan kalo darah sdh masuk ke dalam otak bokap jadi sangat kecil kemungkinan utk hidup..

Gue masih minta sama dokter utk lakukan tindakan apapun yg bisa selamatkan beliau, hingga 2x dokterpun menyerah, katanya dioperasi percuma

Sekitar pukul 3 dini hari akhirnya bokap menghembuskan nafas terakhir.. dalam ucapan terakhir gue bisikkan kalimat ikhlasin kami pa ðŸ˜

Beliau wafat dengan tenang...pagi harinya dengan ambulan rumah sakit (bayar lagi) mengantar almarhum ke rumah duka ..

Spti orang Indonesia kebanyakan kasus bokap gue ini dikalahkan dengan kata "kita Ikhlaskan" sebab jika pake kata "Seandainya" = gak ikhlas

Ikhlas dan tidak ikhlas inilah yang jadi senjata utama kelemahan konsumen di negeri ini jika hadapi perlakuan yg tidak adil dari produsen

Jika saat itu ditangani lebih awal "mungkin" darah tidak masuk ke otak, ada 100 kemungkinan yg bisa terjadi lalu kalah dengan "itu takdir"

Kondisi seperti ini akan berbeda jauh di negara2 yg sdh maju mereka membedakan 2 hal : "sdh berbuat semaksimal" versus "takdir Tuhan"